Eksplorasi Batu Putih di Bangkalan dan Malang
Pohon! Menjelang akhir dekade
1990-an, Rachman Sabur dengan Kelompok Teater Payung Hitam dari Bandung mengeksplorasi batu dalam
proses kreatif mereka. Hasilnya: pertunjukan teater tubuh yang bukan saja
memikat, tapi juga suatu pementasan yang “mempermaikan” rasa waswas dan rasa takut
penontonnya. Ada atmosfer kengerian sepanjang pertunjukan, yang lahir dari adegan-adegan
akrobatis dan “kejam” yang berpotensi membuat para pemainnya mengalami
kecelakaan fatal bila tidak cermat dan kehilangan konsentrasinya dalam
berakting.
Tahun 2015 lalu, Kelompok Teater Payung Hitam kembali
menggelar repertoar itu di Bandung, Jakarta, Solo, dan Washington-Amerika
Serikat. Pertunjukan yang diberi tajuk Merah
Bolong itu memang bisa dikatakan sebagai salah satu adi karya Rachman Sabur dan Kelompok
Teater Payung Hitam.
Tahun 2016 ini, pekerja teater berdarah Madura-Jawa Timur
yang dikenal sebagai aktor teater tubuh, Anwari, juga akan menyajikan suatu
pertunjukan teater hasil eksplorasi ia dan kawan-kawannya terhadap batu. Namun,
kali ini, Anwari tidak bertindak sebagai pemain, melainkan sebagai sutradara
sekaligus penyusun teks.
Anwari memberi judul terhadap karyanya itu Mini-Mini #3 Batu. Berbeda dengan Kelompok
Payung Hitam yang mengeksplorasi batu kali, termasuk turunannya, batu yang diakrabi
oleh Anwari dan kawan-kawannya adalah batu putih, yang dalam bahasa Madura
disebut bhato kempung. Batu putih ini
adalah batu kapur, yang antara lain dijadikan sebagai material untuk pembangunan
rumah atau gedung.
Diungkapkan dalam teks pengantar pertunjukan itu, batu
putih tersebut membentuk diri sebagian masyarakat Madura. “Madura, anakmu
lahir dari batu!” demikian antara lain teks yang dibunyikan oleh pemain dalam
pementasan itu nanti. Para pemainnya adalah Boeldan, Ismail, Raden Hayat, Muhari,
Amam, Ipung Cekeng, Oyung, Iradatul, Siddiqoh, Qurratul, dan Donal Lorah. Yang
menjadi pemimpin produksinya adalah Elyda K. Rara.
Lebih jauh, pertunjukan yang mendapatkan Hibah Seni
Kelola 2016 ini dimaksudkan untuk menyajikan ruang-ruang kecil dari rutinitas
sosial masyarakat Madura, yang setiap ruang kecil memiliki identitas kebudayaan
personal serta komunal. Mungkin itu sebabnya, salah satu tempat yang dipilih
untuk menggelar pementasan ini adalah Penambangan Batu Putih Jaddih di
Bangkalan, Madura. Waktunya pada 1 Juni 2016, yang dimulai pada pukul 16.00
WIB. Penonton tidak dipungut bayaran.
Penambangan Batu Putih Jaddih berada di kawasan Bukit Jaddih,
yang merupakan kawasan bukit kapur seluas sekitar 500 hektare. Kawasan ini
mencakup tiga desa, yakni Jaddih, Rabasan, dan Parseh. Banyak warga ketiga desa
itu yang mencari nafkah di kawasan ini, antara lain sebagai buruh penambang
batu kapur. Belakangan, kawasan ini juga dijadikan tempat wisata.
Tanggal 4 Juni 2016, pertunjukannya akan disajikan di Joglo
Dewan Kesenian Malang, Jawa Timur, mulai pukul 19.30 WIB. Sebelumnya, pada
tanggal 3 Juni, Anwari akan menggelar lokakarya terlebih dulu di Wisma
Kalimetro, Malang, tentang teater antropologi. Untuk lokakarya atau workshop
itu, pesertanya hanya dibatasi 25 orang dan masing-masing peserta dikenakan
biaya Rp 40 ribu. Yang berminat bisa menghubungi nomor 081944908806 lewat pesan
pendek (SMS) atau aplikasi WhatsApp. | Dje
Tidak ada komentar:
Posting Komentar